Jakarta,(sang pencerah)—Kementerian Agama RI pada sore hari ini Selasa (11/5/2021) akan menggelar sidang isbat untuk menentukan  1 Syawal 1442 H. Bagi umat Islam sangat penting untuk mengetahui awal bulan Syawal ini karena menandakan berakhirnya melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan, batas waktu membayar zakat fitrah/zakat mal dan merayakan kemenangan di bulan Syawal. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangan puasa dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185) 

Dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ ، وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ

“Berpuasalah karena melihat hilal, begitu pula berhari rayalah karena melihatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

Di Indonesia sendiri, banyak pendapat dan beragam penentuan 1 syawal dari berbagai organisasi/ komunitas muslim, bahkan ada yang lebih dahulu atau belakangan menentukan 1 syawal untuk komunitas muslim tertentu, di luar orangisasi besar Islam di Indonesia seperti NU; Muhammadiyah; Persis; Matlaul Anwar; dan lain sebagainya.

Penentuan 1 syawal pada dasarnya terbagi atas 2 metode (cara) yaitu :

1. Hisab (perhitungan waktu), yaitu merupakan metode perhitungan waktu berdasarkan posisi geometris benda benda langit seperti matahari, bulan dan bumi. Ini dipelajari dalam ilmu Falakiyah atau ilmu astronomi. Menurut Pedoman Hisab Muhammadiyah disebutkan bahwa hisab tidak hanya digunakan untuk menentukan bulan puasa, tetapi juga menentukan waktu salat, Idulfitri,waktu Haji dan waktu untuk melaksanakan sholat gerhana. Untuk menentukan kapan awal bulan komariah (yang ditandai dengan kemunculan hilal) dilakukan dengan dua macam metode, yaitu hisab urfi dan hisab hakiki. Hisab urfi merupakan metode penentuan awal bulan tanpa berpatokan pada gerak benda langit secara hakiki (sebenarnya).

Organisasi keagamaan Muhammadiyah telah menetapkan Hari Raya Idul Fitri 2021 atau 1 Syawal 1442 H jatuh pada Kamis, 13 Mei 2021. Keputusan itu berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang menjadi pedoman Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 

2. Ruhyatul Hilal ( pengamatan hilal), merupakan pengamatan atau observasi terhadap hilal (bulan), yaitu lengkungan bulan sabit paling tipis yang berkedudukan pada ketinggian rendah di atas ufuk barat pasca-Matahari terbenam (ghurub) dan bisa diamati, ujar Ma’rufin Sudibyo, Wakil Sekretaris LFPBNU  saat diwawancarai NU online (10/5/2021).

Rukyatul hilal digelar dengan mengamati ufuk barat pada arah di mana Matahari dan Bulan berada. Prakiraan waktu terbenamnya Matahari dan parameter Bulan disajikan oleh hisab sebagai pendukung pelaksanaan rukyatul hilal. Lembaga Falakiyah PBNU melaksanakan perhitungan dengan hisab jama’i (tahqiqy tadqiky ashri kontemporer) khas Nahdlatul Ulama bagi seluruh Indonesia.

Melansir laman resmi Nahdatul Ulama (NU), awal bulan puasa dapat ditetapkan apabila hilal telah memenuhi kriteria imkanur rukyah dan kemungkinan hilal terlihat. Kriteria tersebut dapat diperoleh apabila kenampakan hilal telah berada di ketinggian + 2 derajat, demikian pula penentuan awal bulan syawal.

Tinjauan secara ilmu astronomi dari LAPAN (lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional)

Berdasarkan Artikel dari Andi Parerang pada laman Edusainsa (8/5/2021) tentang tinjauan penentuan idul fitri 1442 H secara Astronomis , disebutkan untuk wilayah Indonesia ketinggian bulan masih negatif atau dibawah ufuk ketika matahari terbenam. Ketinggian bulan untuk wilayah Indonesia pada 11 Mei 2021 sebesar -50 hingga -3,20 sehingga mustahil untuk dilihat. 

Pada gambar dibawah peta elongasi bulan (hilal) untuk beberapa wilayah di dunia pada tanggal 11 mei 2021, seperti Inonesia antara 4,550 hingga 5,90 ketika matahari terbenam. Untuk semenanjung Arab sebesar 30, India 40, benua Eropa 20, Amerika Utara 2,50 sampai 40, benua Afrika 1,80 sampai 30, Amerika Selatan 10 sampai 20, Australia 50 sampai 60 , Selandia baru sekitar 6,50

Peran Pemerintah RI c.q. Kementerian Agama.

Melalui Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah kementrian Agama, Agus Salim mengatakan, sidang isbat pada sore hari Selasa (11/5/2021) ini akan digelar dalam tiga tahapan.

Pertama, pemaparan posisi hilal awal Ramadan 1442 H oleh anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag. Sesi ini akan dimulai pukul 16.45 WIB dan disiarkan langsung.

Tahap kedua, sidang isbat awal Syawal yang diawali dengan mendengarkan laporan data hisab dan hasil rukyatul hilal. Tahap ini digelar secara tertutup.

Ketiga, konferensi pers hasil sidang isbat oleh Menteri Agama yang akan disiarkan langsung oleh TVRI dan live streaming media sosial Kemenag.

Kesimpulan

Di Indonesia umat Islam sebagain besar adalah pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang memegang prinsip wajib taat kepada pemimpin kaum Muslimin (ulil amri/pemerintah yang sah) selama mereka tidak memerintahkan untuk berbuat kemaksiyatan, meskipun mereka berbuat zhalim. Karena mentaati mereka termasuk dalam ketaatan kepada Allah, dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah wajib.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ

Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya) dan ulil amri di antara kalian.” [An-Nisaa: 59]

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لاَطاَعَةَ فِي مَعْصِيَةِ اللهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ

“Tidak (boleh) taat (terhadap perintah) yang di dalamnya terdapat maksiyat kepada Allah,sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebajikan”

Tulisan ini sekedar sebagai pencerah untuk mengetahui cara menentukan 1Syawal sebagi penanda hari kemenengan umat muslim setelah berperang melawan hawa nafsu dengan berpuasa di bulan Ramadhan.

Sebagai umat muslim di Indonesia, mari kita tunggu keputusan sidang Isbat dari Kementerian Agama sebagai pemegang otoritas keagamaan di Indonesia.

Saya mengucapkan “Selamat Idul Fitri 1442 H “  Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, kulla 'amin wa antum bikhoir." Mohon maaf lahir dan bathin./ sef (11/05/2021).

Referensi tulisan
Abduh Tuasikal, M. (n.d.). Menentukan Awal Ramadhan Dengan Hilal dan Hisab. Retrieved May 11, 2021, from muslim.or.id: https://muslim.or.id/328-menentukan-awal-ramadhan-dengan-hilal-dan-hisab.html
Faizin, M. (2021, May 10). Lembaga Falakiyah PBNU Gelar Rukyatul Hilal pada Selasa 11 Mei 2021. Retrieved May 11, 2021, from NU online: https://www.nu.or.id/post/read/128755/lembaga-falakiyah-pbnu-gelar-rukyatul-hilal-pada-selasa-11-mei-2021
Jawas, Y. b. (n.d.). Ahlus Sunnah Taat Kepada Pemimpin Kaum Muslimin. Retrieved May 11, 2021, from almanhaj.or.id: https:///1399-ahlus-sunnah-taat-kepada-pemimpin-kaum-muslimin.html
Nancy, Y. (2021, April 21). Beda Metode Hisab dan Rukyatul Hilal di Penentuan Awal Ramadhan. Retrieved May 11, 2021, from tirto.id: https://tirto.id/beda-metode-hisab-dan-rukyatul-hilal-di-penentuan-awal-ramadhan-gb3x
Nuha, U. (2019, juni 5). Apa Dalil Takbiran di Hari Raya dalam Al-Qur’an dan Sunnah? Retrieved May 11, 2021, from bincangsyariah.com: https://bincangsyariah.com/ubudiyah/apa-dalil-takbiran-di-hari-raya-dalam-al-quran-dan-sunnah/
Pangerang, A. (2021, May 8). Tinjauan Penentuan idul Fitri 1442 H secara astronomis. Retrieved May 11, 2021, from edukasi.sains.lapan.go.id: http://edukasi.sains.lapan.go.id/artikel/tinjauan-penentuan-idul-fitri-1442-hijriah-secara-astronomis/292